Cerita Corona dari Uzbekistan






Hari minggu lalu, cuaca di Surabaya sedang syahdu. Mendung mengelayut diantara pelupuk mata, memaksa raga kembali terlelap, terjerembab kembali ke peraduan.

Halah sok indie, sok edgy. Ngomong aja minggu pagi mendung bikin mager males bangun. Hehehe.
Hari itu memang dikhususkan untuk rebahan. Ditengah himbauan untuk terus #dirumahaja. Ditengah sergapan transisi ke kuliah online, dan di tengah pekerjaaan lain yang terus menghimpit, menjepit, kulit, sakit, bukit, langit, tumit… dan seterusnya #halah. Rebahan jadi penting dilakukan.

Sampai titik ini saya bingung kata orang-orang work from home itu makin nganggur, bingung mau ngapain. Yang bilang begitu sini tak tampol via whatsapp. Yang ada makin bingung harus tidur kapan, bingung nyiapin materi kuliah online, bingung ini bingung itu banyak sekaliiii~~~~. Sebelum ada yang komentar bahwa ini privilege untuk bisa WFH, ya betul enggak semua orang bisa. Dan enggak semua orang harus setuju dengan sudut pandang saya hehe.

Sebagai orang yang belajar Hubungan Internasional bertahun-tahun *nyanyi Hymne HIUA* , pada kondisi itu saya kepikiran, ini di negara lain kayak gini juga gak sih? AKhirnya saya penasaran, ambil hp scroll up and down di layar hp mencari informasi.




Sejurus kemudian teringat seorang kawan lama yang asli Uzbekistan. Kawan kuliah dulu. Terakhir saya ketemu sekitar 6 tahun yang lalu sebelum dia kembali ke negaranya. Iseng-iseng saya kontak menanyakan kabar. Langsung dijawab saat itu juga. Hemmm, fast response juga nih. Apa di Uzbek pada goler-goler pegang hp semua ya hehe.

Nama kawan ini Bekzodjon Avazov, atau kami akrab memanggilnya Mas Bek. Awalnya saya ragu kalau dia masih bisa berbahasa Indonesia setelah bertahun-tahun di Uzbekistan. Tapi melihat balasan pertanyaan kabar saya yang singkat namun dijawab panjang lebar dengan Bahasa Indonesia begini, saya jadi yakin kembali kalau skill bahasa masih oke.  Begini katanya asli enggak saya edit samsek,

Salam Dari Uzbekistan,
 Kasus virus corona Covid - 19, telah menyebar ke lebih dari 196 Negara, dan telah menjadi pusat perhatian dunia. Update kasus virus corona di dunia tertanggal 29 maret 2020 ; 662.073 kasus di 200 Negara dan 139.426 dinyatakan sembuh. Seperti hal nya negara-negara lain yg terkena pandemi  Covid - 19, tanpa kecuali juga dengan Uzbekistan. Sampai hari ini yang saya tahu di Uzbekistan sudah ada 144 kasus, dan 2 orang dinyatakan meninggal dunia. Ibukota Taskent sendiri, sudah menjadi Zona merah. Sekolah2 diliburkan dan belajar lewat online, mall2 tutup, para pekerja sebagian besar Work From Home, dan hanya orang2 yg punya kepentingan saja yg terpaksa keluar rumah. Semua diharuskan Stay At Home, agar penyebaran Virus ini tidak merebak kemana mana.
Warga masyarakat sampai saat ini tidak begitu panik, tapi mereka tetap waspada sambil terus mengikuti perkembangan dan anjuran pemerintah. Untuk para tenaga medis sendiri, sampai saat ini di Uzbekistan masih sangat baik. Mereka siap berada di garda terdepan untuk menangani pasien.  Sedang dibangun juga satu bangunan ( RS sementara untuk Covid -19 ) apabila keadaan mendesak dan diperlukan. Uzbek untuk sementara tidak menerima turis dari luar. Bandar udara di Taskent juga telah di tutup, dan penerbanganpun sangat terbatas. Kota Bukhara, Samarkand dan Khiva, yang biasanya sangat ramai dikunjungi oleh Turis, baik dalam dan luar negeri, kini keadaannya sangat sepi, jalanan begitu lenggang. Hampir disegala bidang terkena dampaknya. Pandemic Covid -19, sungguh kejadian yang sangat luar biasa. Saya berharap dan berdoa, semoga wabah pandemi ini segera berlalu. Dan kita semua dapat hidup dan beraktivitas kembali seperti biasa. Aamiin.
Melanjutkan cerita, Yg saya dengar, alat pelindung diri buat team medis di Indonesia sangat terbatas, dan masker juga sangat mahal harganya. Kalau di Uzbek sendiri, Alhamdulillah tidak demikian adanya. Kalangan pembisnis/pengusaha, banyak memproduksi masker untuk disumbangkan dan dibagikan buat team medis, dan masyarakat secara gratis. Sangat cukup untuk masalah masker di uzbekistan. Tentang Kebutuhan sehari haripun tidaklah sulit. Memang pasar tradisional sudah tutup, tapi Swalayan/Supermarket masih buka untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Keluarga sayapun demikian, hanya stok sedikit makanan maybe untuk  2 week, dan setelahnya belanja lagi. Tidak ada mobil yg bersliweran disana. Hampir semua jalan kaki. Klo urgent pakai mobil, harus ada surat ijin dari kepolisian.

Setelah beberapa kali berbalas text menanyakan kesibukan, saya baru tahu kalau Mas Bek sekarang sedang menjabat sebagai Wakil Gubernur Termez, di Uzbekistan sana. Sedang sibuk sekali gara-gara covid19 kabarnya. 

Waaaaaaah kayaknya banyak cerita menarik yang bisa dibagi nih, pikir saya. Setelah janjian beberapa kali, akhirnya ketemu waktu yang pas buat ngobrol-ngobrol santai. Saya rekam untuk arsip saja.

Bagi yang tertarik, begini obrolan kami.




Bonus dari adiknya Mas Bek, Mas Khusniddin Norjumayev. Stay Safe everyone!





0 comments